story: the second reson i survive (indo ver)

ne cerita yang sama dengan bahasa indonesia :D





Learning english
(alasan ke-2 ku untuk bertahan hidup)

Nama saya ichsan. Saya lahir pada tanggal 15 januari 1996. Umur saya 15 tahun. Saya tinggal bersama keluarga yang sangat hangat dan bahagia walaupun saya hanya tinggal berdua dengan ibu saya di sebuah rumah yang kecil namun nyaman, ibu saya mengidap penyakit jantung yang menyebabkannya tidak dapat melakukan banyak aktifitas. ayah saya telah meninggal ketika ia menjual ginjalnya untuk menjapatkan uang untuk melunasi biaya persalinan ibu yang saat itu tengah melahirkanku yang belum saat nya di lahirkan karena air ketuban telah pecah terlebih dahulu dan menyebabkan persalinannya di pecepat. Dan pada saat aku lahir ayahku yang hanya memiliki satu ginjal tidak dapat bertahan lama. Apa lagi pekerjaannya sebagai kuli bangunan membuatnya mengeluarkan banyak tenaga setiap harinya. Umur ku baru beranjak 3 minggu pada saat itu dan aku telah menjadi yatim. Ibuku terus merawatku dengan uang sisa penjualan ginjal ayah ku. Dulu hidupku tidak seperti ini aku dan ibu masih mempunyai rumah dan berbagai peralatannya. Namun suatu hari saat ibuku mencoba untuk menginvestasi kan uang yang ada ibuku malah di tipu dan hidup kami penuh dengan hutang. Aku yang masih kecil tidak dapat membantu pada saat itu dan aku hanya membuat ibuku menjadi susah dengan tangisanku. Karena penagih hutang terus mengejar-ngejar kami ibu membawa ku pergi dari yogja ke jakarta untuk menghindari kejaran penagih hutang.kehidupan di jakarta sangatlah kejam. Namun, ibu dengan susah payah terus merawatku hingga sebesar ini. Dan saat ini ibu tidak dapat melakukan banyak aktivitas dan kini giliranku untuk menggantikannya. Aku bekerja sehari-hari sebagai pemulung. Tidak ada pekerjaan lain yang dapat aku lakukan. Aku mencoba bekerja bangunan namun langsung di tolak karena tubuhku yang kecil dan kurus, dan aku juga tidak bersekolah. Menjadi pemulung saja aku sudah sangat bersyukur. Setidaknya aku bisa membeli makan untuk sehari hari.
            Suatu hari saat aku sedang memulung sampah sampah aku terpeleset dan hampir jatuh dari jembatan, namun beruntungnya kau seorang lelaki berkewarganegaraan asing memegang tanganku dan menarikku. Aku benar benar berterima kasih.namun aku yakin dia tidak dapat mengerti apa yang aku katakan. Ia memberikan sapu tangan kepadaku untuk menahan darah yang keluar dari lenganku yang tergores aspal. Ia sedikit berbicara dan terus menggulung kan saputangannya di lenganku hingga seseorang dari kejauhan memanggilnya. ia meninggalkan kartu namanya dan dia sedikit berbicara keapdaku. Kata kata yang terus di ulang ulang namun aku tidak dapat mengerti dan kemudian ia berjalan menghampiri temannya, dan kemudian pergi. Aku masih terduduk terpaku aku terus mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan mulai memikirkan bagaimana jika tadi aku terjatuh. Dan aku sangat sangat berterima kasi kepada nya , dan aku tidak akan melupakan kejadian ini. Aku janji suatu hari nant aku akan menjumpaimu  dan menyatakan “terima kasih” dengan bahasa inggris. Mari bertemu sekali lagi.
            Kini aku mulai memikirkan cara bagaimana agar aku bisa berbahasa inggris. Dan menepati janjiku.aku mulai memutar-mutar otakku tiba-tiba sebuah kertas tertiup angin menghampiri wajah ku. Dan aku mulai membuka sobekan koran tersebut yang bertulisan “kompetisi debat b.inggris” aku mulai melebarkan mataku saat membaca “bagi pemenang akan di sekolahkan di amerika secara gratis”. Membacanya membuatku termotivasi dan kembali berfikir bagaimana agar aku dapat menguasai b.inggris sedangkan aku tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Aku mulai berfikir dam memutar mutar mataku yang akhirnya terhenti saat aku melihat tulisan b.inggris di sebuah bungkusan indomie. Aku memang tidak bersekolah, namun ibu ku mengajari ku sedikit bagaimana mengeja huruf huruf dalam b.inggris. kemudian aku memisahkan semua bungkusan yang terdapt b.inggris. ketika di perjalnan pulang aku ingat bahwa di pojokan seberang jalan ada sekolah khusus b.inggris. aku menghampiri sekolah tersebut. Aku tidak bisa masuk namun aku hanya mengintip guru guru mengajarkan pelajaran b.inggris. aku melihat mereka terus mengulang-ngulang kata dalam b.inggris ke b.indo . aku mencoba untuk mendengarnya dengan sangat jelas dan kemudian mengulangnya dan berusaha untuk mengingatnya. Ketika di perjalanan menuju rumah aku mendengar lagu yang berasal dari warnet yang tidak jauh dari rumah ku. Aku berhenti di depan warnet tersebut dan mendengarkan lagu tersebut dan mencoba menangkap kata kata dalam b.inggris. kemudian sekolah itu dan warnet telah menjadi tempat yang wajib aku kunjungi setiap harinya.
            Kini aku mulai bisa mengungkapkan beberapa hal dalam bahasa inggris dan semakin hari aku menjadi semakin semangat mempelajarinya. Akhir-akhir ini aku juga lupa makan, aku hanya membelikan makanan untuk ibuku. aku sangat semangat menabung setelah melihat buku pelajaran bahasa inggris yang di jual oleh seorang wanita tua di pasar loak dengan harga yang murah. Aku terus menabung untuk membelinya dan kini aku telah mendapatkannya. Namun perut ku terasa begitu sakit sudah beberapa hari ini aku tidak makan dan hanya meminum air saja. Di tengah perjalanan menuju rumah aku menemukan selembar uang jatuh bernilai Rp.50.000 dari kantung seorang pria yang berpakaian rapi. Dia telah berjalan jauh. Aku berencana membeli makanan dari uang itu namun kemudian aku teringat pesan ibu untuk terus menjadi anak yang baik dan alangkah baiknya kalau aku mengembalikkan uang ini kepada pemiliknya. Tubuhku lemas aku mencari-cari sosok pria tadi, lelaki yang berpakaian rapi dan sedikit gemuk dia juga berkulit putih langsat. Aku berjalan tertatih-tatih hingga akhirnya aku menangkap sosok lelaki yang aku cari. Aku melihatnya di ujung persimpangan yang hendak menghentikan taxi. Aku mulai mempercepat langkah kaki ku sedikit berlari dan aku berhasil menghampirinya. Dengan nafas yang terputus-putus aku mengembalikan uangnya dan hal memalukan perut ku mulai bersorak setibanya aku di hadapan lelaki itu, membuat lelaki itu sedikit tertawa geli dan akhirnya mengajakku untuk duduk di sebuah cafe. Aku sangat berterima kasih, perutku di selamatkan oleh nya. Setelah sedikit berbicara akhirnya lelaki itu pergi pulang dan begitu juga dengan ku di tengah perjalanan pulang aku teringat seperti ada sesuatu hal yang aku lupakan aku berhenti sejenak memastikan anggota tubuhku masih lengkap dan tidak ada yang hilang. Dan tersentak aku teringat, benda di tanganku lenyap entah kemana. Aku memutar balik langkahku dengan cepat, buku bahasa inggris yang baru saja aku beli dengan uang hasil tabunganku sepertinya tertinggal di cafe. Aku terlalu panik hingga akhirnya aku terjatuh dan kini lutut ku mengeluarkan darah. Bajuku kotor aku tidak peduli dengan rasa sakit aku terus berlari tampa menghiraukan rasa sakit ini hingga aku sampai di tempat yang aku tuju.
            Aku berlari memasuki cafe itu dan menghampiri tempat dudukku tadi. Bukunya bukunya tidak ada lagi. Aku terdiam dan mulai memutar kepala ku untuk mencari buku tersebut. Namun seorang karyawan menarikku keluar.dia menyuruhku keluar dengan nada sopan namun sedikit keras, aku menanyakan buku kepadanya namun dia menggeleng. Aku terduduk di depan cafe itu, tanpa aku sadari semua pasang mata tertuju padaku dengan mulut yang sedikit bergerak menggunjingku. Aku tidak peduli aku akan menunggu hingga cafe ini tutup dan akan mencari buku ku disana. Namun, tak lama kemudian seorang karyawan lain menghampiriku dan memberikan ku buku yang aku cari cari aku sangat senang namun aku bingung ia memberikanku begitu banyak buku bahasa inggris dan memperlihatkan senyum tulusnya, terima kasih. Kata itu tak henti hentinya aku ucapkan.
            Matahari mulai terbenam aku belum pulang kerumah seharian ini. Dan ada hal lain yang aku lupakan.  tanggal 15 januari hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku berjalan riang menuju rumah. Kakiku tak henti hentinya menari sambil sedikit berlari rasa sakit di kaki ku sedikit pun tidak terasa. Sesampainya di rumah aku terkejut karena aku tidak mendapati sosok ibuku yang selalu memancarkan senyumannya ketika aku pulang. Aku mencarinya di sekitar rumah, namun aku tidak menemukannya aku mulai cemas. Dan akhirnya aku mendapati sosok seorang wanita di seberang jalan menggunakan selendang putih . Itu ibu. Aku mencoba menghampirinya namun dia menyuruhku untuk tetap diam disini dan menunggunya. Aku mengikuti apa yang ia kata kan. Tapi aku tidak bisa aku ingin menjemputnya keseberang. Kakiku mulai melangkah dan ibu menyuruhku jangan bergerak. Aku terdiam dan batinku terus bertanya “kenapa?” Aku tidak mendengarkannya dan terus berjalan. Melihatku yang mulai tidak mendengarkannya ia mulai marah terlihat dari raut mukanya yang cemberut, dan ia langsung datang menghampiri ku. Jalan  terlihat sepi saat itu, dan ketika ibuku mulai berada di tengah jalan betapa terkejutnya aku melihatnya di hantam oleh sebuah mobil pribadi yang terlihat mewah. Kejadiannya begitu cepat aku seperti tidak melihat apa-apa. Dan dari mana mobil itu berasal. Aku menghampiri ibuku yang tengah berlumuran darah sekarang. Ia memeluk sesuatu dan itu adalah buku bahasa inggris, ia sedikit membuka matanya dengan paksa dan mulai berbisik tanpa menghiraukan rasa sakitnya “ichsan .. jadi lah anak yang baik dan kuat dan teruslah belajar” tidak dapat berkata terlalu banyak aku tidak tega melihatnya merasakan begitu kesakitan dan ketika dalam perjalan ke rumah sakit, ibuku telah di panggil duluan. Kini aku menjadi yatim piatu, aku hidup sebatang kara, aku tidak tau lagi apa arti hidupku ini dan untuk apa aku hidup satu-satunya alasan aku untuk hidup telah tiada, dan aku menjadi putus asa, aku tidak dapat berfikir jernih aku terus mengingat-ngingat perkataan ibuku, air mataku belum berhenti mengalir hati ku juga masih hancur. Aku melihat tumpukan sampah yang aku kumpulkan dan aku gantung di seputar dinding rumah sampah-sampah yang terdapat bahasa inggris nya, aku melihat kumpulan buku-buku yang telah aku dapatkan dan satu buku yang berlumuran darah. Aku menatap mereka datar. Aku berfikir untuk membuang mereka semua namun kembali terlintas di fikiranku pesan terakhir ibuku, aku harus belajar .. belajar bahasa inggris dan akhirnya aku mengingat janjiku kepada seorang lelaki asing yang telah menyelamatkan jiwa ku. aku juga telah menceritakanya kepada ibu dan dia terus menyuruh ku untuk berterima kasih dan terus mendukungku untuk belajar bahasa inggris hingga akhirnya sekarang aku tau alasan ku untuk hidup. Kini hanya ada satu alsanku untuk hidup yaitu menepati janjiku.
            Hari-hari ku habiskan dengan belajar, aku tidak melalukan kagiatan apa pun selain belajar aku tidak makan aku hanya sedikit tidur dan selainnya aku habiskan untuk belajar. Hingga akhirnya aku terkapar lemah di atas kasur tua ini.tiba-tiba seorang laki-laki yang tidak ku ketahui masuk ke dalam rumahku aku tidak dapat berbuat apa-apa tubuhku begitu lemah sampai akhirnya aku kehilangan kesadaranku. Saat aku tersadar aku telah berada di rumah sakit dan seorang lelaki menghampiriku. Aku semakin penasaran dengan nya sebelum aku mulai bertanya dia duluan mengatakan sesuatu, sesuatu yang aku harap aku salah mendengarnya, dia meminta maaf meminta maaf karena dialah yang telah menabrak ibuku hingga meninggal. Jantungku serasa  mau copot saat itu, air mataku berjatuhan aku mengepal tanganku kuat, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan terhadap lelaki yang telah berkeluarga ini. Aku melihatnya menangis menyesal di temani juga oleh istrinya yang ikut meminta maaf. Hatiku sakit aku tidak sanggup berkata  apa pun. Satu patah katapun tidak keluar dari mulutku. Tubuhku bergetar kuat jantungku berdetak 2x lebih cepat. Dan kata terakhir dari lelaki itu, ia ingin menjadikanku anak angkatnya, sebagai tanda meminta maaf, ia ingin merawatku yang kini hanya sebtang kara, awalnya aku tentu menolak, hatiku terus hancur begitu melihatnya, namun dia terus menunjukan kasih sayang yang tulus kepadaku, aku berusaha untuk menghindar tidak mendengarnya dan terus berusaha tidak melihatnya, tapi lelaki itu dan istrinya terus menyayangiku. Hingga akhirnya aku kembali teringat pesan dari ibu untuk menjadi anak yang baik, anak yang baik tentunya tidak boleh mendendam.
            Aku masih berada di rumah sakit. Aku berusaha memperlancar bahasa inggrisku dengan berlatih berbicara bahasa inggris dengan dokter yang merawatku. Setiap hari aku terus mengganggunya agar berbicara kepadaku, awalnya aku ragu namun begitu aku mencoba berbicara beberapa kata dia merespon dengan baik dan aku mengerti dengan apa yang dia katakan hingga akhirnya kami tenggelam dengan pembicaraan kami.
Saatnya aku meninggalkan rumah sakit. Aku telah sangat dekat dengan orang-orang disini hingga aku enggan untuk meninggalkannya. Status ku saat ini adalah anak angkat pak ridwan, ia mengajakku untuk tinggal bersama mereka namun aku menolak, aku masih ingin tinggal di rumah gubukku yang kecil namun hangat.aku kembali ke rumah banyak hal yang berubah, rmah ini begitu sepi dan berantakan. Aku membereskan buku-buku yang berserakan dan menemukan selembar sobekan koran, koran yang saat itu menghampiriku dan aku kembali teringat dengan “kompetisi debat bahasa inggris”. Aku mulai percaya diri dengan bahasa inggrisku dokter di rumah sakit banyak mengajariku. Sekarang yang aku butuh kan hanya uang untuk pendaftaran kompetisinya akan di mulai minggu depan dan batas terakhir pendaftaran adalah besok, aku segera bergegas bekerja mengutip sampah dari pagi sampai sore namun uang yang aku dapatkan tidak mencukupi aku berjalan menuju rumah aku melihat ada hal aneh di rumah aku, ternyata pak ridwan dan istrinya berkunjung kerumahku dan membawa beberapa makanan. di tangan pak ridwan aku melihat koran yang aku tempelkan di dinding ia sudah membacanya, aku di suruh duduk dan menyantap makanan yang telah dibawakan. setelah makan pak ridwan menawarkan bahwa ia ingin menolongku, aku tidak dapat menolah, padahal aku telah mengeluarkan seribu alasanku, namun hati orang ini yang tulus tidak dapat kutolak, pak ridwan menambah uangku yang tidak cukup untuk biaya pendaftaran dia juga membawaku ke seorang temannya untuk mengajariku  bagaimana cara berdebat. Aku masih menolak untuk tinggal di rumahnya namun dia tidak sedikit pun marah, dia lelaki yang sangat baik.
            Esok adalah hari pertandingan di mulai hari ini aku hanya mengulang sedikit apa yang telah aku pelajari dan selebihnya waktu ku gunakan untuk beristirahat karena 2 hari terakhir aku tidak tidur karena terus belajar. Dan aku tidak menduga bahwa aku dapat menjuarai perlombaan itu padahal aku mendapatkan lawan yang sangat kuat di perlombaan itu, aku berangkat ke amerika besok. Pak ridwan dan istrinya mengantarkanku ke bandara dan kami akan bertemu kembali 6 bulan kedepan saat aku libur dan kemudian aku akan kembali lagi ke amerika. Pak ridwan menasehatiku banyak hal tentang bagaimana negara amerika itu. Aku berusaha mengingat apa yang di katakannya.
            Sudah 5 bulan aku di amerika, kini aku telah tau betul daerah daerah di sini, aku mendapatkan banyak teman dan aku bergaul dengan mudah di sini. Dan sekarang adalah waktu ku untuk mencari seseorang yang telah menyelamatkan hidupku waktu itu. Aku menyelusuri jalan dengan membawa kartu nama orang itu. Hingga akhirnya aku berdiri di depan pintu yang berhiasi salip. Aku menekan bel, seorang wanita paruh baya membuka pintu dan menanyai siapa aku, aku mencoba menjelaskan dengan panjang lebar sambil menunjukan kartu nama dan sapu tangan milik lelaki asing itu. Wanita itu tampak percaya namun aku dapat membaca kesedihan dari raut wajahnya.
            Dia menyuruhku menunggu dia memanggil cucunya dan kami bertiga pergi ke suatu tempat, wanita itu tidak memberitaukanku kemana,dia hanya terdiam dan wajahnya tampak sangat sedih. Hingga akhirnya sampailah kami di tempat pemakaman, sesampainya disini aku tersadar, aku tersadar bahwa lelaki asing yang menyelawatkanku kini telah tiada, dia terlibat kecelakaan. Aku tidak dapat berkata apa-apa, aku merasa sangat sedih dan mulai menitih kan air mata, aku menaruk sapu tangan di atas nisannya, dan aku mulai berbisik “thank you” aku mencoba melanjutkan kata-kataku namun bibirku bergetar dan aku tidak sanggup berkata banyak. Aku telah menepati janjiku walau pun ia tidak dapat mendengar nya.
            Aku telah sampai di asrama sekolah, aku menelpon ayah angkatku pak ridwan karena minggu depan aku akan kembali ke indonesia karena libur, aku bercerita panjang lebar dengannya di telepon dan juga menanyakan tentang keadaan rumahku. Aku berencana membuat panti  asuhan di tanah itu, karena banyak tanah kosong di sebelahnya dan aku berencana untuk membelinya. Pak ridwan sangat senang mendengar rencana ku. Dan ini pertama kalinya ia memanggil nama ku, setelah sebelum-sebelumnya ia hanya memanggilku dengan sebutan kamu. Ican katanya dengan ejaan inggris dan sedikit bercanda. Dan nama ican terdengar i can yang artinya adalah saya bisa. Aku tercengang teringat ayah ibuku, dan mungkin ini kenapa ayah dan ibuku memberiku nama ihcan. Agar aku bisa menjalani segala rintangan di kehidupanku walaupun hanya sendiri.

 Begtulah kisah hidup saya hingga akhirnya saya berhasil berdiri di depan kalian menjadi dosen muda.
Sampai disini perjumpaan kita dan jangan lupa buat ringkasan dari cerita saya dan buat nilai positif dan negatif dari kisah saya itu. Selamat siang. Ucap mr.ihcan mengakhiri kelasnya.


                                    *jangan berputus asa. Tuhan memberi kita cobaan untuk kita jalani agar kita menjadi seseorang yang lebih baik.terus berusaha dan jangan menyerah.* 


0 komentar:



Posting Komentar

Sabtu, 29 Desember 2012

story: the second reson i survive (indo ver)

Diposting oleh Unknown di 21.54
ne cerita yang sama dengan bahasa indonesia :D





Learning english
(alasan ke-2 ku untuk bertahan hidup)

Nama saya ichsan. Saya lahir pada tanggal 15 januari 1996. Umur saya 15 tahun. Saya tinggal bersama keluarga yang sangat hangat dan bahagia walaupun saya hanya tinggal berdua dengan ibu saya di sebuah rumah yang kecil namun nyaman, ibu saya mengidap penyakit jantung yang menyebabkannya tidak dapat melakukan banyak aktifitas. ayah saya telah meninggal ketika ia menjual ginjalnya untuk menjapatkan uang untuk melunasi biaya persalinan ibu yang saat itu tengah melahirkanku yang belum saat nya di lahirkan karena air ketuban telah pecah terlebih dahulu dan menyebabkan persalinannya di pecepat. Dan pada saat aku lahir ayahku yang hanya memiliki satu ginjal tidak dapat bertahan lama. Apa lagi pekerjaannya sebagai kuli bangunan membuatnya mengeluarkan banyak tenaga setiap harinya. Umur ku baru beranjak 3 minggu pada saat itu dan aku telah menjadi yatim. Ibuku terus merawatku dengan uang sisa penjualan ginjal ayah ku. Dulu hidupku tidak seperti ini aku dan ibu masih mempunyai rumah dan berbagai peralatannya. Namun suatu hari saat ibuku mencoba untuk menginvestasi kan uang yang ada ibuku malah di tipu dan hidup kami penuh dengan hutang. Aku yang masih kecil tidak dapat membantu pada saat itu dan aku hanya membuat ibuku menjadi susah dengan tangisanku. Karena penagih hutang terus mengejar-ngejar kami ibu membawa ku pergi dari yogja ke jakarta untuk menghindari kejaran penagih hutang.kehidupan di jakarta sangatlah kejam. Namun, ibu dengan susah payah terus merawatku hingga sebesar ini. Dan saat ini ibu tidak dapat melakukan banyak aktivitas dan kini giliranku untuk menggantikannya. Aku bekerja sehari-hari sebagai pemulung. Tidak ada pekerjaan lain yang dapat aku lakukan. Aku mencoba bekerja bangunan namun langsung di tolak karena tubuhku yang kecil dan kurus, dan aku juga tidak bersekolah. Menjadi pemulung saja aku sudah sangat bersyukur. Setidaknya aku bisa membeli makan untuk sehari hari.
            Suatu hari saat aku sedang memulung sampah sampah aku terpeleset dan hampir jatuh dari jembatan, namun beruntungnya kau seorang lelaki berkewarganegaraan asing memegang tanganku dan menarikku. Aku benar benar berterima kasih.namun aku yakin dia tidak dapat mengerti apa yang aku katakan. Ia memberikan sapu tangan kepadaku untuk menahan darah yang keluar dari lenganku yang tergores aspal. Ia sedikit berbicara dan terus menggulung kan saputangannya di lenganku hingga seseorang dari kejauhan memanggilnya. ia meninggalkan kartu namanya dan dia sedikit berbicara keapdaku. Kata kata yang terus di ulang ulang namun aku tidak dapat mengerti dan kemudian ia berjalan menghampiri temannya, dan kemudian pergi. Aku masih terduduk terpaku aku terus mengingat kejadian yang baru saja terjadi dan mulai memikirkan bagaimana jika tadi aku terjatuh. Dan aku sangat sangat berterima kasi kepada nya , dan aku tidak akan melupakan kejadian ini. Aku janji suatu hari nant aku akan menjumpaimu  dan menyatakan “terima kasih” dengan bahasa inggris. Mari bertemu sekali lagi.
            Kini aku mulai memikirkan cara bagaimana agar aku bisa berbahasa inggris. Dan menepati janjiku.aku mulai memutar-mutar otakku tiba-tiba sebuah kertas tertiup angin menghampiri wajah ku. Dan aku mulai membuka sobekan koran tersebut yang bertulisan “kompetisi debat b.inggris” aku mulai melebarkan mataku saat membaca “bagi pemenang akan di sekolahkan di amerika secara gratis”. Membacanya membuatku termotivasi dan kembali berfikir bagaimana agar aku dapat menguasai b.inggris sedangkan aku tidak mempunyai biaya untuk sekolah. Aku mulai berfikir dam memutar mutar mataku yang akhirnya terhenti saat aku melihat tulisan b.inggris di sebuah bungkusan indomie. Aku memang tidak bersekolah, namun ibu ku mengajari ku sedikit bagaimana mengeja huruf huruf dalam b.inggris. kemudian aku memisahkan semua bungkusan yang terdapt b.inggris. ketika di perjalnan pulang aku ingat bahwa di pojokan seberang jalan ada sekolah khusus b.inggris. aku menghampiri sekolah tersebut. Aku tidak bisa masuk namun aku hanya mengintip guru guru mengajarkan pelajaran b.inggris. aku melihat mereka terus mengulang-ngulang kata dalam b.inggris ke b.indo . aku mencoba untuk mendengarnya dengan sangat jelas dan kemudian mengulangnya dan berusaha untuk mengingatnya. Ketika di perjalanan menuju rumah aku mendengar lagu yang berasal dari warnet yang tidak jauh dari rumah ku. Aku berhenti di depan warnet tersebut dan mendengarkan lagu tersebut dan mencoba menangkap kata kata dalam b.inggris. kemudian sekolah itu dan warnet telah menjadi tempat yang wajib aku kunjungi setiap harinya.
            Kini aku mulai bisa mengungkapkan beberapa hal dalam bahasa inggris dan semakin hari aku menjadi semakin semangat mempelajarinya. Akhir-akhir ini aku juga lupa makan, aku hanya membelikan makanan untuk ibuku. aku sangat semangat menabung setelah melihat buku pelajaran bahasa inggris yang di jual oleh seorang wanita tua di pasar loak dengan harga yang murah. Aku terus menabung untuk membelinya dan kini aku telah mendapatkannya. Namun perut ku terasa begitu sakit sudah beberapa hari ini aku tidak makan dan hanya meminum air saja. Di tengah perjalanan menuju rumah aku menemukan selembar uang jatuh bernilai Rp.50.000 dari kantung seorang pria yang berpakaian rapi. Dia telah berjalan jauh. Aku berencana membeli makanan dari uang itu namun kemudian aku teringat pesan ibu untuk terus menjadi anak yang baik dan alangkah baiknya kalau aku mengembalikkan uang ini kepada pemiliknya. Tubuhku lemas aku mencari-cari sosok pria tadi, lelaki yang berpakaian rapi dan sedikit gemuk dia juga berkulit putih langsat. Aku berjalan tertatih-tatih hingga akhirnya aku menangkap sosok lelaki yang aku cari. Aku melihatnya di ujung persimpangan yang hendak menghentikan taxi. Aku mulai mempercepat langkah kaki ku sedikit berlari dan aku berhasil menghampirinya. Dengan nafas yang terputus-putus aku mengembalikan uangnya dan hal memalukan perut ku mulai bersorak setibanya aku di hadapan lelaki itu, membuat lelaki itu sedikit tertawa geli dan akhirnya mengajakku untuk duduk di sebuah cafe. Aku sangat berterima kasih, perutku di selamatkan oleh nya. Setelah sedikit berbicara akhirnya lelaki itu pergi pulang dan begitu juga dengan ku di tengah perjalanan pulang aku teringat seperti ada sesuatu hal yang aku lupakan aku berhenti sejenak memastikan anggota tubuhku masih lengkap dan tidak ada yang hilang. Dan tersentak aku teringat, benda di tanganku lenyap entah kemana. Aku memutar balik langkahku dengan cepat, buku bahasa inggris yang baru saja aku beli dengan uang hasil tabunganku sepertinya tertinggal di cafe. Aku terlalu panik hingga akhirnya aku terjatuh dan kini lutut ku mengeluarkan darah. Bajuku kotor aku tidak peduli dengan rasa sakit aku terus berlari tampa menghiraukan rasa sakit ini hingga aku sampai di tempat yang aku tuju.
            Aku berlari memasuki cafe itu dan menghampiri tempat dudukku tadi. Bukunya bukunya tidak ada lagi. Aku terdiam dan mulai memutar kepala ku untuk mencari buku tersebut. Namun seorang karyawan menarikku keluar.dia menyuruhku keluar dengan nada sopan namun sedikit keras, aku menanyakan buku kepadanya namun dia menggeleng. Aku terduduk di depan cafe itu, tanpa aku sadari semua pasang mata tertuju padaku dengan mulut yang sedikit bergerak menggunjingku. Aku tidak peduli aku akan menunggu hingga cafe ini tutup dan akan mencari buku ku disana. Namun, tak lama kemudian seorang karyawan lain menghampiriku dan memberikan ku buku yang aku cari cari aku sangat senang namun aku bingung ia memberikanku begitu banyak buku bahasa inggris dan memperlihatkan senyum tulusnya, terima kasih. Kata itu tak henti hentinya aku ucapkan.
            Matahari mulai terbenam aku belum pulang kerumah seharian ini. Dan ada hal lain yang aku lupakan.  tanggal 15 januari hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku berjalan riang menuju rumah. Kakiku tak henti hentinya menari sambil sedikit berlari rasa sakit di kaki ku sedikit pun tidak terasa. Sesampainya di rumah aku terkejut karena aku tidak mendapati sosok ibuku yang selalu memancarkan senyumannya ketika aku pulang. Aku mencarinya di sekitar rumah, namun aku tidak menemukannya aku mulai cemas. Dan akhirnya aku mendapati sosok seorang wanita di seberang jalan menggunakan selendang putih . Itu ibu. Aku mencoba menghampirinya namun dia menyuruhku untuk tetap diam disini dan menunggunya. Aku mengikuti apa yang ia kata kan. Tapi aku tidak bisa aku ingin menjemputnya keseberang. Kakiku mulai melangkah dan ibu menyuruhku jangan bergerak. Aku terdiam dan batinku terus bertanya “kenapa?” Aku tidak mendengarkannya dan terus berjalan. Melihatku yang mulai tidak mendengarkannya ia mulai marah terlihat dari raut mukanya yang cemberut, dan ia langsung datang menghampiri ku. Jalan  terlihat sepi saat itu, dan ketika ibuku mulai berada di tengah jalan betapa terkejutnya aku melihatnya di hantam oleh sebuah mobil pribadi yang terlihat mewah. Kejadiannya begitu cepat aku seperti tidak melihat apa-apa. Dan dari mana mobil itu berasal. Aku menghampiri ibuku yang tengah berlumuran darah sekarang. Ia memeluk sesuatu dan itu adalah buku bahasa inggris, ia sedikit membuka matanya dengan paksa dan mulai berbisik tanpa menghiraukan rasa sakitnya “ichsan .. jadi lah anak yang baik dan kuat dan teruslah belajar” tidak dapat berkata terlalu banyak aku tidak tega melihatnya merasakan begitu kesakitan dan ketika dalam perjalan ke rumah sakit, ibuku telah di panggil duluan. Kini aku menjadi yatim piatu, aku hidup sebatang kara, aku tidak tau lagi apa arti hidupku ini dan untuk apa aku hidup satu-satunya alasan aku untuk hidup telah tiada, dan aku menjadi putus asa, aku tidak dapat berfikir jernih aku terus mengingat-ngingat perkataan ibuku, air mataku belum berhenti mengalir hati ku juga masih hancur. Aku melihat tumpukan sampah yang aku kumpulkan dan aku gantung di seputar dinding rumah sampah-sampah yang terdapat bahasa inggris nya, aku melihat kumpulan buku-buku yang telah aku dapatkan dan satu buku yang berlumuran darah. Aku menatap mereka datar. Aku berfikir untuk membuang mereka semua namun kembali terlintas di fikiranku pesan terakhir ibuku, aku harus belajar .. belajar bahasa inggris dan akhirnya aku mengingat janjiku kepada seorang lelaki asing yang telah menyelamatkan jiwa ku. aku juga telah menceritakanya kepada ibu dan dia terus menyuruh ku untuk berterima kasih dan terus mendukungku untuk belajar bahasa inggris hingga akhirnya sekarang aku tau alasan ku untuk hidup. Kini hanya ada satu alsanku untuk hidup yaitu menepati janjiku.
            Hari-hari ku habiskan dengan belajar, aku tidak melalukan kagiatan apa pun selain belajar aku tidak makan aku hanya sedikit tidur dan selainnya aku habiskan untuk belajar. Hingga akhirnya aku terkapar lemah di atas kasur tua ini.tiba-tiba seorang laki-laki yang tidak ku ketahui masuk ke dalam rumahku aku tidak dapat berbuat apa-apa tubuhku begitu lemah sampai akhirnya aku kehilangan kesadaranku. Saat aku tersadar aku telah berada di rumah sakit dan seorang lelaki menghampiriku. Aku semakin penasaran dengan nya sebelum aku mulai bertanya dia duluan mengatakan sesuatu, sesuatu yang aku harap aku salah mendengarnya, dia meminta maaf meminta maaf karena dialah yang telah menabrak ibuku hingga meninggal. Jantungku serasa  mau copot saat itu, air mataku berjatuhan aku mengepal tanganku kuat, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan terhadap lelaki yang telah berkeluarga ini. Aku melihatnya menangis menyesal di temani juga oleh istrinya yang ikut meminta maaf. Hatiku sakit aku tidak sanggup berkata  apa pun. Satu patah katapun tidak keluar dari mulutku. Tubuhku bergetar kuat jantungku berdetak 2x lebih cepat. Dan kata terakhir dari lelaki itu, ia ingin menjadikanku anak angkatnya, sebagai tanda meminta maaf, ia ingin merawatku yang kini hanya sebtang kara, awalnya aku tentu menolak, hatiku terus hancur begitu melihatnya, namun dia terus menunjukan kasih sayang yang tulus kepadaku, aku berusaha untuk menghindar tidak mendengarnya dan terus berusaha tidak melihatnya, tapi lelaki itu dan istrinya terus menyayangiku. Hingga akhirnya aku kembali teringat pesan dari ibu untuk menjadi anak yang baik, anak yang baik tentunya tidak boleh mendendam.
            Aku masih berada di rumah sakit. Aku berusaha memperlancar bahasa inggrisku dengan berlatih berbicara bahasa inggris dengan dokter yang merawatku. Setiap hari aku terus mengganggunya agar berbicara kepadaku, awalnya aku ragu namun begitu aku mencoba berbicara beberapa kata dia merespon dengan baik dan aku mengerti dengan apa yang dia katakan hingga akhirnya kami tenggelam dengan pembicaraan kami.
Saatnya aku meninggalkan rumah sakit. Aku telah sangat dekat dengan orang-orang disini hingga aku enggan untuk meninggalkannya. Status ku saat ini adalah anak angkat pak ridwan, ia mengajakku untuk tinggal bersama mereka namun aku menolak, aku masih ingin tinggal di rumah gubukku yang kecil namun hangat.aku kembali ke rumah banyak hal yang berubah, rmah ini begitu sepi dan berantakan. Aku membereskan buku-buku yang berserakan dan menemukan selembar sobekan koran, koran yang saat itu menghampiriku dan aku kembali teringat dengan “kompetisi debat bahasa inggris”. Aku mulai percaya diri dengan bahasa inggrisku dokter di rumah sakit banyak mengajariku. Sekarang yang aku butuh kan hanya uang untuk pendaftaran kompetisinya akan di mulai minggu depan dan batas terakhir pendaftaran adalah besok, aku segera bergegas bekerja mengutip sampah dari pagi sampai sore namun uang yang aku dapatkan tidak mencukupi aku berjalan menuju rumah aku melihat ada hal aneh di rumah aku, ternyata pak ridwan dan istrinya berkunjung kerumahku dan membawa beberapa makanan. di tangan pak ridwan aku melihat koran yang aku tempelkan di dinding ia sudah membacanya, aku di suruh duduk dan menyantap makanan yang telah dibawakan. setelah makan pak ridwan menawarkan bahwa ia ingin menolongku, aku tidak dapat menolah, padahal aku telah mengeluarkan seribu alasanku, namun hati orang ini yang tulus tidak dapat kutolak, pak ridwan menambah uangku yang tidak cukup untuk biaya pendaftaran dia juga membawaku ke seorang temannya untuk mengajariku  bagaimana cara berdebat. Aku masih menolak untuk tinggal di rumahnya namun dia tidak sedikit pun marah, dia lelaki yang sangat baik.
            Esok adalah hari pertandingan di mulai hari ini aku hanya mengulang sedikit apa yang telah aku pelajari dan selebihnya waktu ku gunakan untuk beristirahat karena 2 hari terakhir aku tidak tidur karena terus belajar. Dan aku tidak menduga bahwa aku dapat menjuarai perlombaan itu padahal aku mendapatkan lawan yang sangat kuat di perlombaan itu, aku berangkat ke amerika besok. Pak ridwan dan istrinya mengantarkanku ke bandara dan kami akan bertemu kembali 6 bulan kedepan saat aku libur dan kemudian aku akan kembali lagi ke amerika. Pak ridwan menasehatiku banyak hal tentang bagaimana negara amerika itu. Aku berusaha mengingat apa yang di katakannya.
            Sudah 5 bulan aku di amerika, kini aku telah tau betul daerah daerah di sini, aku mendapatkan banyak teman dan aku bergaul dengan mudah di sini. Dan sekarang adalah waktu ku untuk mencari seseorang yang telah menyelamatkan hidupku waktu itu. Aku menyelusuri jalan dengan membawa kartu nama orang itu. Hingga akhirnya aku berdiri di depan pintu yang berhiasi salip. Aku menekan bel, seorang wanita paruh baya membuka pintu dan menanyai siapa aku, aku mencoba menjelaskan dengan panjang lebar sambil menunjukan kartu nama dan sapu tangan milik lelaki asing itu. Wanita itu tampak percaya namun aku dapat membaca kesedihan dari raut wajahnya.
            Dia menyuruhku menunggu dia memanggil cucunya dan kami bertiga pergi ke suatu tempat, wanita itu tidak memberitaukanku kemana,dia hanya terdiam dan wajahnya tampak sangat sedih. Hingga akhirnya sampailah kami di tempat pemakaman, sesampainya disini aku tersadar, aku tersadar bahwa lelaki asing yang menyelawatkanku kini telah tiada, dia terlibat kecelakaan. Aku tidak dapat berkata apa-apa, aku merasa sangat sedih dan mulai menitih kan air mata, aku menaruk sapu tangan di atas nisannya, dan aku mulai berbisik “thank you” aku mencoba melanjutkan kata-kataku namun bibirku bergetar dan aku tidak sanggup berkata banyak. Aku telah menepati janjiku walau pun ia tidak dapat mendengar nya.
            Aku telah sampai di asrama sekolah, aku menelpon ayah angkatku pak ridwan karena minggu depan aku akan kembali ke indonesia karena libur, aku bercerita panjang lebar dengannya di telepon dan juga menanyakan tentang keadaan rumahku. Aku berencana membuat panti  asuhan di tanah itu, karena banyak tanah kosong di sebelahnya dan aku berencana untuk membelinya. Pak ridwan sangat senang mendengar rencana ku. Dan ini pertama kalinya ia memanggil nama ku, setelah sebelum-sebelumnya ia hanya memanggilku dengan sebutan kamu. Ican katanya dengan ejaan inggris dan sedikit bercanda. Dan nama ican terdengar i can yang artinya adalah saya bisa. Aku tercengang teringat ayah ibuku, dan mungkin ini kenapa ayah dan ibuku memberiku nama ihcan. Agar aku bisa menjalani segala rintangan di kehidupanku walaupun hanya sendiri.

 Begtulah kisah hidup saya hingga akhirnya saya berhasil berdiri di depan kalian menjadi dosen muda.
Sampai disini perjumpaan kita dan jangan lupa buat ringkasan dari cerita saya dan buat nilai positif dan negatif dari kisah saya itu. Selamat siang. Ucap mr.ihcan mengakhiri kelasnya.


                                    *jangan berputus asa. Tuhan memberi kita cobaan untuk kita jalani agar kita menjadi seseorang yang lebih baik.terus berusaha dan jangan menyerah.* 


0 komentar on "story: the second reson i survive (indo ver)"

Posting Komentar